SAMPAIKAN SALAM SAYANGKU (III-TAMAT)



foto: Hippo


"Kakekmu yang melarang Mama untuk melanjutkan hubungan itu. Bagi Kakek, pacaran delapan tahun tanpa ada kepastian kapan akan datang melamar itu menunjukkan ketidakseriusan,” Paramitha melanjutkan ceritanya. 
“Padahal Mama tahu, Hendra serius mau merajut masa depan dengan Mama. Dia masih belum datang melamar karena dia masih menyiapkan segalanya. Hendra ingin agar pada saat kami menikah, kondisi finansialnya sudah stabil, setidaknya sudah punya rumah untuk keluarga kecil kami bernaung. Tapi Kakek tidak mau mengerti dan menganggap bahwa itu hanyalah alasan Hendra untuk menghindari pernikahan saja,” Paramitha menghentikan ceritanya sejenak untuk menyeka air matanya yang sudah mengalir ke pipinya. 

Setelah mengatur nafasnya sejenak, Paramitha kembali melanjutkan ceritanya. “Bagi Mama pribadi, pernikahan bukanlah suatu kompetisi. Tidak perlu mengkhawatirkan apa kata orang yang mengatakan perawan tua, terlambat menikah atau apapun istilahnya. Karena pernikahan itu membutuhkan kesiapan mental dan finansial. Tak perlu terburu-buru, tak perlulah kamu mendesak cinta. Selama kamu bisa menilai bahwa pasanganmu ini memang orang yang bertanggung jawab dan kamu merasa nyaman bersamanya, biarkan hubungan itu berjalan apa adanya. Agar kamu tidak merusak jalan ceritanya,” Paramitha belajar dari pengalaman hidupnya untuk menasehati Kayla, anaknya.

“Bagaimana kabar Om Hendra sekarang? Apa Mama masih berkomunikasi dengannya?” Kayla semakin diliputi rasa penasaran untuk mengenal sosok Hendra lebih jauh, lelaki yang pernah mengisi rasa yang begitu dalam di hati mamanya.

“Setelah kami berpisah, Hendra bekerja membabi buta. Dia bekerja tak kenal waktu untuk mengusir sepi," Paramitha menghela napasnya sejenak kemudian melanjutkan ceritanya. 
"Empat tahun kemudian, waktu itu Mama sudah menikah dengan Papamu yang dijodohkan oleh Kakek. Mama menerima kabar bahwa Hendra kena serangan jantung, diperburuk dengan kondisi livernya yang lemah karena terlalu keras bekerja. Dia lalai menjaga kesehatannya... dan akhirnya... dia berpulang,” suara Paramitha tercekat. 

Kemudian dia membuka gawainya, memencet-mencet layar gawai beberapa kali dan berkata, “Ini Mama masih menyimpan foto terakhir kami berdua beberapa hari sebelum Kakekmu mengusir Hendra waktu datang bertamu ke rumah,” Paramitha menyerahkan gawainya kepada Kayla.

Kayla yang diliputi rasa penasaran dengan cepat menerima dan melihat layar gawai Paramitha. Ada foto sepasang muda-mudi, yang perempuan ini pasti Paramitha, wajahnya persis Kayla, berambut panjang dikepang dua pakai pita merah kanan dan kiri. Sementara itu yang lelaki tinggi kurus berkacamata dan tiba-tiba, “AAAAAAA!!” Kayla berteriak histeris sambil menutupi wajahnya dan gawai Paramitha jatuh terlempar ke sofa.

Paramitha terkejut dengan reaksi Kayla yang tiba-tiba berteriak sangat keras kemudian mengguncang-guncang bahu Kayla, “Kay, sadar nak! Ada apa? Ada apa?”

Kayla dengan wajah ketakutan menunjuk gawai Paramitha, “Itu... itu...” ucapnya terbata-bata dengan badan menggigil gemetar ketakutan.

“Iya itu ada apa Nak?” Paramitha kebingungan sambil terus berusaha menenangkan Kayla.

“Itu... lelaki di foto itu... adalah lelaki yang menyapa Kayla dengan nama Mama dan menyampaikan salam sayang waktu di pujasera,” ujar Kayla setengah berteriak.

Seketika Paramitha merasakan bulu kuduknya meremang dan merinding sekujur tubuhnya. Dia baru menyadari bahwa dulu jika mau menonton bioskop, Paramitha dan Hendra membuat janji untuk bertemu di pujasera itu.



Evi Widjaja
Surabaya, 10 November 2020




Cerpen ini merupakan bagian dari Kolaborasi Cerpen Horor oleh beberapa rekan blogger.
Berikut ini link cerpen horor lainnya:

01. Ria 
02. Iim
03. Widhi
05. Anastasia 
06. Dea
07. Imelda
08. Delia
11. Fatim

Selamat membaca πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

Komentar

  1. Balasan
    1. Terima kasih Kak Dea, cerpen Kakak juga heboh banget πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

      Hapus
  2. Balasan
    1. Ada Ce, di mal Surabaya Timur itu ada yang pernah lihat πŸ˜…

      Hapus
  3. Wooow πŸ‘πŸΌπŸ‘πŸΌ
    Walaupun bisa ketebak juga sih wkwk.. lagi lagi!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Kak Widhi πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  4. Balasan
    1. Jadi sedih ya πŸ˜₯ Terima kasih sudah mampir Kak Ria πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  5. Keren! Dibagi jadi 3 bagian, bikin penasaran Mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trik biar pembaca tidak bosan scroll2 terlalu panjang Kak. Terima kasih sudah mampir πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  6. Menarik ceritanya Dari part 1 penasaran baca lanjutannya sampai part 3 isinya bagus πŸ‘ mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak supportnya Kak πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  7. Bagus ceritanya, tapi kasihan juga sama hantunya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Kak Delia πŸ˜ŠπŸ™πŸ»
      Hantunya kasihan kenapa?

      Hapus
  8. Roman sedih yah.... Tapi bagus..😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks iya sedih πŸ˜₯
      Terima kasih Kak Imelda πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer